Jadi ceritanya, karna aku dan Ara
adalah anggota aktif di YCM Ashoka, kami rela pergi pagi pulang sore ke Jakarta
karna YCM mengadakan acara : SUMMIT youth conference di Jakarta.
Awalnya aku dan Ara mau pergi
berdua aja naik kereta, karna saat itu bertepatan saat bapak dan ibu sedang
haji. Tapi tidak diijinkan sama bapak ibu, akhirnya kami di dampingi tante
Lilis.
Berangkatnya kami naik kereta Bima
(kalo nggak salah). Perjalanan di malam hari itu oke-oke saja, mungkin sedikit
nggak oke buat tante Lilis, karna dia duduk di sebelah orang yang kalo tidur
ngorok kenceng banget :p walhasil dia ndak isa tidur. Hihi.
Begitu pagi tiba, kami merasakan
hawa-hawa ndak enak dari kereta ini. Kenapa mendadak dia berhenti lama banget
o.o
Mencoba menghilangkan suntuk dengan
cerita-cerita. Tapi tidak terlalu membantu. Nyetatus di FB : kereta sialan. Sedikit
mengurangi rasa mangkel :p JK. Sialnya, si kereta malah berhenti ti ti ti
>< dan menyebabkan kami telat.
Turun dari kereta, kami harus naik
kereta berikutnya. Beli tiket dan bertanya, dimana kereta ini akan berhenti.
Katanya di rel A. kami pun ke rel A.
Di dukung firasat buruk, tante
Lilis tanya lagi. Ternyata di rel B. yang notabene terletak di seberangnya.
Dengan kecepatan penuh kami pun lari, untung keretanya belum datang.
Pembaca sadar nggak bahwa kami itu
: belum mandi XD hihi. Setelah sampai di Bank *lupa* kami baru numpang mandi di
toiletnya, dan mulai berkegiatan.
Saat itu aku dan Ara bikin lomba,
banyak-banyakan nyebar dan dapet kartu nama ^^
setelah menghadiri session pertama (pembicara : kak Vania, bude Puni,
dan lupa), kemudian coffee break (ambil makanan dulu dong, dan ketemu sama
beberapa kenalan YCM lainnya).
“mbak,” kata Ara.
“apa?”
“siap?”
“siap!”
Lari bagi kartu nama. Diam
sebentar, melihat sekitar, langsung menentukan tujuan! Cikka! Walhasil kita
dapet 11 kartu nama. Dan hal terhebat (saat itu) aku bisa ngobrol sama orang
India, meskipun terbata-bata.
“liat tuh, lagaknya sombong banget,
meskipun dia bisa bahasa inggris kan nggak seharusnya gitu,” kata tante Lilis
ngeliat lagak si orang india yang memang agak menyebalkan :p
Sayangnya kita nggak bisa sampe
selesai disana. Karna harus mengejar kereta. Segeralah kita menuju ke stasiun.
Makan dulu. Kemudian menunggu kereta.
“ini di jalur berapa ya mas?”
tanyaku.
“jalur 5 dek,”
Menuju jalur 5. Udah capek, pengen
segera istirahat. Akhirnya kegiatan hari ini selesai sudah. Itu yang ada di
pikiranku saat itu. Tapi ternyata,
“kenapa keretanya belum dateng? Ini
udah jamnya :o”
“kamu tanya ke situ gih (nunjuk
suatu kotakan kecil di tengah stasiun) tante mau ke toilet dulu,”
“oke tan,”
Aku dan ara langsung bertanya saja.
“ke jalur 11 dek,” aku sih
ngertinya gitu. Langsung aja kita ke jalur 11 dan tanya. Ternyata itu bukan
jurusan ke Solo, cuma jurusan ke mana gitu, gambir kayaknya.
Kita balik lagi ke kotakan tadi.
“hlo mas, itu bukan kereta gajayana,”
“emang bukan, saya kan tadi suruh
adik buat naik kereta itu ke gambir, kemudian ngejar kereta gajayananya,
sekarang keretanya sudah jalan,”
“terus gimana?” kata tante Lilis.
“saya tanyakan ke teman saya yang
di gambir ya bu,”
Rasanya saat itu juga aku mau
nangis. Konyol banget deh ><
“jadi gini, ibu ke gambir dulu,
kemudian disana cari *something**lupa* ibu tanya bisa ganti kereta atau
enggak?”
Berangkatlah kami ke gambir. Menuju
ke *something* tadi itu, si masnya bilang,
“mbak, ini ada yang jalur semarang,
bagaimana?”
“hmm, emang yang solo kenapa mas?”
“jalur selatan (ndayo?) itu lagi
diperbaiki mbak, jadinya kalo mbak lewat solo, bisa dipastikan bakal telat,”
“oh gitu ya mas,” sialan, gara-gara
itu tadi pagi aku telat. Kenapa nggak ada yang bilang ke kita?! Batinku.
Sebagai anak pertama, aku di
tugaskan pegang uang dan kartu ATM selama bapk ibu haji, selain itu aku juga
ditugaskan untuk menjaga SDB. Untuk anak seumur aku (14 tahun) itu hal terkeren
dalam hidupku XD sedangkan Ara di pasrahi gaji karyawan, dan Elan bagian saham
:)
Jadinya, untuk hal yang satu ini,
aku lah yang mengurus pembayaran, dsb. Which is really cool ^^b
“tiketnya apa sih mbak?”
“gajayana,”
“astaga itu kan mahal banget,
yaudah, mbak bayar setengah harga aja, ini udah untung hloh mbak, yang lain itu
saya kasih dua kali lipat,”
Uang di tukar tiket.
“mbak, nanti pinter-pinter ngerayu
kondekturnya aja yah, biar bisa diijinin,” pesen masnya ke tante Lilis.
Sayangnya tuh kereta masih lama. Dan
kita duduk dulu, di depan toilet. IYAH, di depan toilet, sambil makan kentang
goreng dengan tampang lemes capek banget.
Sampai saatnya naik ke kereta,
lolos. Diijinkan naik sama kondektur. Disinilah kami sekarang, duduk di sebelah
dapur dengan keadaan ‘yahuud’ abis. Di sebelahku ada minuman dingin, yang meneteskan
air (karna dingin :p)
“dek, itu basah nggak disitu?”
“oh nggak papa kok, nggak papa,”
“sini sini,” aku, tante Lilis, Ara
di ajak ke kamar kru kereta. Lumayan, itu kan bunk bed gituh, dan kita dapet
satu kasur di bagian bawah. jadi satu kasur dibagi ber-4 (sama ada satu lagi).
“mbaknya kerja dimana?” tanya si
mbak satu itu dengan polosnya.
“mbak, saya masih 14 tahun, dan
saya pelajar,”
“oh maaf, habis gelap, keliatannya
mbak udah tinggi gitu,”
“nggak papa kok mbak,”
Karena kaki yang panjang membuatku
harus tidur menekuk lutut. Merasa nggak betah aku akhirnya tidur di lantai.
Terus ada kru stasiun yang ngerasa
kasihan dan memberikan plastic sebagai alas tidurku. Malam itu aku tiba di
Semarang. Di jemput bapak ibu yang baru pulang dari haji (bukannya aku yang
jemput ortu, tapi malah kebalik :D)
Dan saat itu Semarang sedang musim
hujan, banjir melanda. Malam menggelapkan jalan dan membuat bapak kebingungan,
bahkan ibu yang notabenenya orang semarang aja bingung o :D but, it really is a
really adventurous journey.