Saturday, February 21, 2015

Pegal-pegal Meeting

Pernahkah kalian merasakan pegal yang luar biasa saat pertama kali mencoba untuk melakukan suatu aktifitas olahraga baru. Saya merasakannya di saat pertama kali mencoba berkuda (atau setelah lama tidak berkuda). Sehabis berkuda, kaki saya susah di tekuk dan rasanya sakit untuk digerakkan. Normalnya, jika begitu seseorang akan lebih memilih untuk istirahat dan melanjutkan olahraga saat sudah tidak sakit lagi kakinya. Tapi tahukah kamu, ternyata kalau kita memilih untuk berhenti sejenak, maka akan terasa pegal lagi saat naik berikutnya. Cara yang paling ampuh untuk menghilangkan rasa pegal adalah dengan terus melanjutkan berkuda hingga kaki menjadi terbiasa.

"Pegal-pegal" tersebut saya rasakan saat pertama kali melakukan meeting. Seperti yang saya ceritakan di artikel berikutnya, dua meeting saya berturut-turut bisa dibilang GATOT lah, atau gagal total. Disitu saya merasakan "pegal" luar biasa, ingin rasanya saya tidak ikut meeting, sehingga saya tidak perlu menyiapkan bahan-bahan yang memakan waktu lama (yang pastinya mengambil porsi besar waktu tidur saya :p). Tapi ternyata, pada hari Jum'at di minggu yang sama, saya diharuskan membuat presentasi lagi untuk meeting dengan CEO, hari Selasa minggu depan pun ada meeting yang lainnya lagi. Saya "dipaksa" untuk terus ber-"olahraga".

Apa yang terjadi pada meeting saya yang ketiga? Saya sudah mulai bisa luwes menyampaikan dan memainkan grafik-grafik serta mengolah berbagai data, tanpa bantuan dari mentor saya (karena harus berangkat sendirian, jadi apa daya... lagi-lagi saya "dipaksa" untuk mandiri, hehehe). Feedback yang saya dapatkan juga cukup bagus, bisalah buat bikin saya senyum seharian #eh.

Intinya, apapun aktifitas yang kamu kerjakan, pasti akan ada titik jenuh dimana kamu ingin menyerah saja. Capek, takut, enggan, berkumpul bersama menciptakan pegal-pegal yang luar biasa. Di saat itulah kamu harus lebih tough. Katakan pada dirimu, ini adalah fase yang memang harus kau jalani, hadapi dan menangkan! Gagal adalah di saat kamu memutuskan untuk menyerah. Selama kamu belum menyerah, maka masih ada kemungkinan untuk berhasil.

Semangat! Hidup terlalu singkat untuk mengeluh ;)

Tuesday, February 17, 2015

Ah, tak apa

Banyak yang mengatakan aku aneh. Jangankan mereka, akupun merasa bahwa aku aneh, namun aku tak terlalu ambil pikir tentang itu. Toh aku nyaman.

Salah satu keanehan ku adalah, aku suka menganalisa diriku sendiri. Kapan aku merasa sedih, apa yang membuatku marah, kapan aku menangis, kenapa aku tertawa, dsb. Memang benar kalimat itu, tidak ada yang lebih mengetahui dirimu dibandingkan kamu.

Kejadian hari ini membuatku kembali ke 6 tahun silam, dimana aku menangis sesenggukan karena usahaku menjadi juara 2 dalam suatu lomba tak dihargai sama sekali. Yang ada dipikiran mahluk itu hanyalah juara 1. "Sekolah kita tak pantas menjadi juara 2," ujarnya. Huh, siapa dia, mengajariku pun tidak, beraninya dia mencelaku.

Setelahnya, memoriku berkelana menuju dua hari yang lalu. Aku tersenyum pahit, menahan butiran air mata yang siap jatuh kapan saja. Tubuhku bergetar, usahaku selama dua malam dihempaskan begitu saja, bagai mahakarya hina yang tak pantas dipertontonkan. Benar adanya, beberapa kebanyakan orang, tidak peduli seberapa besar usahamu, berapa malam kau habiskan tak tidur, berapa banyak buku dan artikel kau bolak-balik hanya untuk sebuah presentasi. Mereka tak peduli semua itu, yang mereka inginkan adalah hasil yang memuaskan. Inilah hidup. Pahit, namun harus kau jalani.

Hari ini, tiba-tiba aku sudah berdiri di pelukan sahabatku, menangis sejadi-jadinya. Entahlah, mungkin karena terlalu lelah aku tak lagi sanggup membendung air mataku. Genap sudah 3 malam aku tidur larut ditambah 1 malam tanpa tidur demi hari ini, demi sebuah presentasi yang bahkan tidak dilihat 1/5 nya. Presentasi yang membuahkan tatapan sinis mereka, mencibir setiap kesalahanku.

Ah, tak apa, terkadang kau butuh untuk menangis. Yang tidak boleh adalah ketika kau menangis dan kemudian menyerah. Perjalanan ini baru dimulai, kawan....

Thursday, September 18, 2014

The Beginning...

Sebenernya banyak banget hutang reportase yang harus aku tulis di blog ini, tapi apalah daya waktu tidak mencukupi, jadi kucicil mulai dari yang paling fresh aja ya (bisi lupa euy nanti hehehe).

Minggu lalu, tepat tanggal 11 September akhirnya aku pulang juga ke Indonesia. Yaah sebenernya baru beberapa bulan yang lalu aku juga balik ke Indonesia, tapi liburan yang kali ini super duper beda dan bikin aku gak sabar buat pulang ke Indonesia :)

Perbedaan liburan ini dari yang lainnya diawali dengan kesibukanku mempersiapakan launching komunitas the Bright Bride yang insyaa Allah akan diadakan pada tanggal 26 Oktober 2014 di Jakarta. Malam sebelum keberangkatanku, aku masih harus melakukan interview untuk calon panitia launching, selain itu aku juga harus menyelesaikan buku perdanaku sekaligus job dadakan dari temen buat bikin artikel. Aku pun sukses hanya tidur 3 jam, tidak hanya itu, berat badanku juga turun 2kg (ampun, tambah underweight T^T).

Paginya, setelah sholat Subuh aku langsung packing kilat, karena aku masih harus ke kampus buat kelas terakhir yang membahas kisi-kisi ujian. Sepanjang jalan ke kampus aku isi dengan tidur di bis, lumayan bisa buat tambah-tambah energi :D Untungnya hari ini hanya membahas kisi-kisi, jadi bisa pulang lebih awal. Langsung aja aku cabut naik kereta balik ke rumah, sampai rumah aku makan siang dulu, dan dilanjut dengan ngejar bis menuju ke bandara.

Perjalanan ke bandara bisa dibilang "full of luck". Kenapa begitu? Soalnya bis dan kereta yang aku naiki semua datang tepat waktu pake banget! Jadi benar-benar memangkas waktu menunggu, dan aku bisa sampai di bandara tepat waktu. Udah begitu, waktu aku nimbang bagasi, berat koperku pas banget 14.5 kg dari jatah 15kg yang aku punya! Yippie! Aku paling suka kalau nggak bermasalah dengan berat bagasi, haha, bahagia itu sederhana.

Akhirnya setelah perjalanan yang cukup panjang, sampailah juga aku di Jakarta. Yups! Liburan kali ini lain dari yang lain, pesawatku nggak mendarat di bandara Ahmad Yani Semarang, melainkan di bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Ngapain sih aku ke Jakarta? Jadi begini ceritanya temen-temen (tsaaah!) selama seminggu (lebih) aku bakalan nggak menginjakkan kaki di Salatiga, melainkan menclak-menclok di Jakarta, Bandung dan Depok, kemudian (kalau jadi) akan singgah juga di Yogyakarta, Solo dan Semarang ;) Bisa dikatakan jadwal liburan kali ini cukup padat, tapi aku punya firasat bahwa liburan kali ini bakal luar biasa (atau luar binasa? Hahaha).

Sampai di Jakarta aku dan ibu langsung menuju pal merah buat meeting tentang sesuatu hal (masih rahasia :p). Tadinya, selesai meeting aku mau langsung menuju Buperta Cibubur buat bantu-bantu acara IMMF (International Music Mission Festival) besok, tapi demi keselamatan dunia akhirat, aku memilih untuk tidur di tempat om Agus di Depok. Alasannya simpel sih, aku nanti bakal ke rumah om Agus habis dari Bandung, jadi minimal aku harus tahu jalan-jalannya gitu deh.

Dan ternyata pilihan menginap di rumah om Agus adalah pilihan terbaik men! Karena jalan buat masuk ke rumah om Agus cukup panjang, ribet, dan berlika-liku, yaah nggak kalah lah sama perjalanan cintaku (eaaa!) jadi, bisa dipastikan saya yang buta arah ini bakal super nyasar kalau belum pernah kesini sebelumnya.

Hari pertama liburanku berhenti sampai disini. Waktunya merebahkan badan yang sudah remuk redam, dalam hitungan detik pun aku sudah terlelap, tenggelam dalam mimpi-mimpiku tanpa tahu akan seperti apa hari-hari yang menungguku.


Tuesday, September 2, 2014

Delapan Belas Tahun Satu Bulan

Hari ini, tepat sebulan setelah ulang tahunku yang ke-18. Ulang tahun kali ini sedikit berbeda dari biasanya, tidak ada traktir mentraktir, aku juga tidak mengharapkan kejutan ulang tahun (meskipun bapak dan ibu tetap membelikan pudding ulang tahun, oh~ how sweet), semua berjalan normal saja. Meskipun tahun ini aku suka menyinggung-nyinggung bahwa 2 Agustus adalah ulang tahunku, tapi aku tidak ada rasa ingin untuk membuatnya menjadi meriah, everything's just normal. Di hari itu aku jalan-jalan sama mbak Tia (sepupuku) dan malamnya pergi makan dengan kak Ika dan Rya (dua sahabatku di Salatiga). Umumnya, jika hal ini terjadi di ulang tahunku sebelumnya, bisa dipastikan aku bakal nangis jengkel kecewa, karena ulang tahun yang tidak sesuai harapan. Tapi tahun ini lain, aku senang-senang aja tuh :D

Berbeda dengan tahun kemarin yang super-sweet, sesuai dengan namanya, "sweet seventeen." Tahun kemarin ada kejutan dari teman-temanku di Singapur. Tepat jam 12 malam tiba-tiba aku diculik dari apartemen dalam keadaan mata tertutup. Sampai di lantai bawah, ketika tutup mataku dibuka, ada temanku berdiri membawa pemantik kompor, dan berkata "selamat ulang tahun!" Dalam hati aku bingung sih, ngg... what am i supposed to do with this? Hahaha. Ternyata di belakangku sudah berdiri temanku yang lain memegang kue ulang tahun berbentuk hello kitty dengan lilin yang menyala, aww~ so sweet. Selesai meniup lilinya, tiba-tiba aku di angkat dan diceburkan ke dalam kolam berenang, hahaha.

Tidak hanya sampai disitu, beberapa hari setelahnya, saat aku pulang ke Indonesia, tiba-tiba aku mendapati rumah gelap gulita, kulihat ruang keluarga terdapat nyala temaram dari tumpeng ulang tahun :3 Aww~ belum lagi ditambah dengan aksi bom salju dari elan yang menaburkan sterofoam plus pita-pita dari lantai dua. Sweet seventeen is truly sweet :)) Tidak hanya teman dan keluargaku, bahkan aku mendapatkan hadiah juga dari pak RW dan pak RT berupa surat untuk apply KTP yang diantar ke rumah! SWEET!

Me, one year and one month ago

Jika 17 tahun disebut sebagai sweet seventeen, kurasa ulang tahun ke 18 akan kunamai "welcome, to the real world, dear!" Di umurku yang ke-18 aku tidak lagi mengharapkan hal yang muluk-muluk, "mimpiku tetap besar, tapi kakiku menginjak tanah." Di tahun ini pertanyaannya bukan lagi, "apa yang mau kamu capai?" Tapi sudah bertambah menjadi, "apa saja yang sudah kamu capai?"

Dulu aku merasa sebagai seorang gadis remaja yang memiliki banyak ide, beberapa dari idenya cukup fantastis sih menurutku hahaha. Tapi, banyak dari hal tersebut yang tidak terealisasikan, and it just remain as an idea. Sedikit sedih sih, tapi aku tidak menyesal, dari situ aku belajar untuk tetap memiliki banyak ide, catat setiap ide tersebut, namun jangan kau umbar terlalu banyak. Pilih satu atau dua yang akan fokus kau kerjakan dalam setahun atau dua, diskusikan dengan teman yang bisa kau percaya, baru setelahnya silahkan kau ceritakan. Share sebanyak-banyaknya tentang kegiatan yang kau lakukan tersebut, agar bisa mendapat masukan atau kritikan ;)) It works for me!

Di umurku yang ke-18, setidaknya ada tiga hal yang sudah kurealisasikan, keinginanku untuk membangun The Bright Bride community, keinginanku untuk menulis buku (yang sudah lama kuabaikan), dan menjadi pembicara tunggal di Seminar. Aku yang biasanya hanya menulis artikel lepas, kini mulai belajar menulis buku yang ternyata tidak mudah dan cukup menguras tenaga dan pikiran hehe. Begitu pula dengan menjadi pembicara tunggal, aku yang biasanya hanya berbicara di panggung paling lama 15-30 menit, kini harus mengisi satu setengah jam full! (untungnya sesi tanya jawab dibantu ibu hehe). Tapi benar-benar pengalaman yang super seru!

Oh iya, kuliahku juga akan selesai dalam beberapa bulan lagi, dan tahun depan, insyaa Allah, aku sudah akan menyandang gelar sarjana (yeayy). Sedikit demi sedikit aku mulai menapaki tangga menuju cita-citaku, tentu saja hal tersebut tidak akan terwujud tanpa bantuan dari teman-teman dan terutama, keluargaku. Akhirnya, aku bisa juga menjadi ujung donat di keluargaku (kapan-kapan kita bahas tentang ini ya) dengan projek-projek yang kukerjakan :)

Terimakasih teman lima sekawan dengan mastermindnya, terimakasih para bright brides yang semangatnya luar biasa, terimakasih bapak, ibu, ara, dan elan yang udah jadi temen diskusi sepanjang masa, terimakasih banyak juga buat teman-teman diskusiku yang saking banyaknya gak bisa disebutin satu-satu, terimakasih banyak semuanya yang sudah hadir dalam kehidupanku (tsaaah)! doakan Enes bisa terus berkarya ya! Oh iya, yang mau kepo tentang the Bright Bride bisa cek disini

Me-Mom-and the Cake


Seminar the Bright Bride di Padang


Singapura, 2 September 2014

Enes Kusuma
18 tahun 1 bulan 

Monday, July 7, 2014

Tarian Kehidupan

Sosoknya terpekur dalam kesendirian, tatapannya yang nanar menyapu daratan memilukan hati setiap insan yang melihatnya. Ia biarkan satu per satu bulir air mata jatuh membasahi pipinya tanpa ada perlawanan. Raganya sudah tak lagi sanggup menahan getar sakit di hati yang tak kunjung hilang. Luka lama yang bertahun-tahun terpendam terbuka lagi, menguak perih dalam memori kelam kala itu. Kala ia dihujani caci maki, kala kehidupan tak berpihak padanya. Bukan karena ia bodoh, bukan pula karena ia buruk rupa, ia hanyalah korban pandangan sepihak dari batasan-batasan keharusan yang dibuat oleh masyarakat.

Sempat ia terombang-ambing kehilangan arah dan pegangan. Tak tahu lagi apa yang harus dilakukan, sama seperti saat ini, sosoknya di masa lalu hanya bisa menangis, ia tak mampu melawan hujaman caci maki dari orang dewasa di sekitarnya. Sosok kecil itu tak mengerti apa kesalahan yang diperbuatnya. Ia tidak nakal, ia tidak memasang muka masam, ia hanyalah gadis biasa yang mencoba untuk menjadi anak yang baik.

Gadis kecil tersebut hanya bisa tersenyum, berusaha menyenangkan banyak orang dalam kepura-puraan. Ia tak lain hanyalah boneka yang dibuatnya sendiri. Tak ada yang tahu di balik senyumannya itu terdapat tangis kesedihan, terdapat luka yang dalam yang tak akan pernah hilang. Tak ada yang tahu dibalik keceriannya ia memendam luka yang sewaktu-waktu bisa kembali menganga.

Rasa sakit yang tertimbun membuat gadis kecil itu tumbuh menjadi sosok yang kuat sekaligus rapuh. Perlahan-lahan ia mulai belajar menari mengikuti alunan titik hujan, seirama dengan pepohonan yang diombang-ambing kerasnya angin. Namun hari ini, tarian itu hilang, gerakannya terhenti, tubuhnya kaku. Ia tersungkur dalam keheningan malam dan derasnya hujan. Tangisnya mulai menjadi, luka lama itu terbuka kembali. Meski ia tahu Tuhan telah menuliskan skenario terbaik untuknya, meski ia tahu semua ini ada artinya, namun ia tak bisa mengelak dari kenyataan bahwa ia masih membawa kesedihan bersama dengan setiap hembus nafasnya.

Cukup lama ia membiarkan dirinya tercabik-cabik memori yang menusuk hati dan mengaduk perasaan. Namun, perlahan gadis itu bangkit dan menghapus air matanya. Ia menengadahkan wajahnya ke langit, menikmati setiap titik hujan yang mengenai tubuhnya. Pelan-pelan seulas senyum tersungging di wajahnya, senyum yang merangkum kesedihan dan kebahagiaan. Senyum yang memperlihatkan kekuatan yang berdiri gagah melindungi rapuhnya hati. Senyum itu, senyum itu yang selalu menguatkannya untuk terus bangkit meneruskan tarian yang sempat terhenti. Karena dunia hanyalah panggung kehidupan yang memiliki alurnya sendiri, sebuah alur yang takkan pernah diketahui kelanjutannya, menuntut pemerannya untuk memberikan tarian terbaik. Tarian kehidupan.


Sunday, July 6, 2014

Perak Day 1 - Ep 1

Mumpung masih anget nih, saya mau bikin reportase versi artikel tentang PERAK 2014. Sedikit perkenalan, PERAK adalah singkatan dari PEsantren RAmadhan Keluarga, acara ini diselenggarakan oleh A Home Team dan IRMAS (ikatan remaja masjid) Ngaru-Aru. Pesantren Ramadhan ini diadakan salah satunya dalam rangka menyambut hadirnya (kembali) Jari Qur'an yang sempat vacuum beberapa saat.

Oke, langsung ke ceritanya. Jam 8 di pagi hari jum'at nan sibuk, setelah saya berkutat dengan tugas accounting yang luar biasa ngebut, kami (saya dan keluarga) pun bersiap untuk menuju ke Selo, sebuah daerah di wilayah atas gunung Merapi yang jujur saya tidak ada bayangan (karena emang gak ngebayangin juga sih :p) sama sekali seperti apa keadaan disana.

Dengan semangat 45, kami bersama dengan si Caravell biru --andalan keluarga margosari-- meluncur menuju Selo. Sepanjang perjalanan yang kurang lebih memakan waktu satu jam, kami disuguhi dengan pemandangan yang menyegarkan mata. Pepohonan dimana-mana, angin sepoi-sepoi, jalan kelak-kelok khas gunung, dan yang paling saya suka adalah udara dingin yang sudah lama tidak saya rasakan selama berada di Singapura.

Akhirnya, kami sampai juga di Selo. Spanduk "Selamat Datang Peserta Pesantren Ramadhan" menyambut kami di jalan utama menuju ke penginapan. Sambil menunggu peserta yang lainnya, kami istirahat sebentar di Pendopo sambil --tetap-- foto-foto :D Kebetulan kami sampai berbarengan dengan keluarga t-rex, keluarganya om Hamidi dan tante Fadilla, (sebelum hadir di pesantren kami sudah "bertemu" dan saling kenalan di WA, jadinya sedikit banyak sudah saling tahu ke-khas-an keluarga masing-masing, hohoho) keluarga ini dijuluki keluarga t-rex karena anak-anaknya, duo Karim dan Ayyash yang sangat mencintai hewan purba karnivora tersebut.

Sebagai tuan rumah yang baik, saya akhirnya beralih peran dari peserta menjadi "gadis pengantar tamu" yang tugasnya mengantarkan tamu ke kamarnya masing-masing (dan semenjak ini, peran rangkap saya jadi peserta plus panitia pun dimulai). Untung saja para tamu rata-rata membawa mobil sendiri, karena lokasi kamarnya itu loh, nanjaknya masya Allah. Naiknya bikin ngos-ngosan banget, tapi kalau turun sih enak-enak aja, hahaha. Setelah selesai menjalankan tugas sebagai gadis pengantar tamu, saya dan Ara beralih tugas menjadi "gadis registrasi" yang tugasnya cukup simpel sih, hanya disuruh untuk menulis nama dan mendata yang sudah hadir.

Kebetulan saat itu saya sedang tidak puasa dan kebetulan lainnya, saat itu saya belum sarapan dan kelaparan. Akhirnya, naiklah saya ke kamar Ananda, di kamar itu ada rumah bu Jono, yang akan menyiapkan konsumsi selama acara Perak nanti. Dan saya pun naik dengan harapan akan menemukan sepiring nasi. Tapi, sesampainya saya disana, saya hanya mendapati meja makan yang kosong dan sekaleng kerupuk *nelen kaleng* Karena kelaparan, saya pun memakan beberapa buah karak untuk mengganjal perut yang mulai dangdutan.

Saat saya turun ke pendopo, ternyata meja registrasi sudah sangat penuh dan yang datang juga mulai banyak. Anak-anak mulai bermain, orang tua mulai saling berkenalan, dan suasana seru mulai muncul di dalam acara ini. Tidak berapa lama kemudian, Salma dan Nabila sudah sampai di Selo. Pekerjaan sebagai gadis registrasi pun saya pindah tangankan ke panitia yang sebenarnya. Alhamdulillah, Salma dan Nabila datang dengan kabar gembira untuk saya, bukan.. bukan manggis sekarang ada ekstraknya :p Mereka datang dengan membawa banyak pop mie dan roti. Surga dunia~ dan perut saya pun berhenti dangdutan.

Selesai menyeruput pop mie yang menyelamatkan jiwa dan ragaku, aku, Ara, Salma, Nabila, tante Ade, tante Aan, om Reza, dan segenap crew lainnya. memutuskan untuk menjelajahi medan. Berbekal kamera milik mas Fattah yang kugondol secara sepihak (:p) kami pun ber-hunting foto ria. Berbagai macam benda dijadikan objek foto, mulai dari bunga, pemandangan, rumah penduduk yang unik, sampai laba-laba pun kami jadikan objek foto. Obrolan ringan dan canda tawa menghiasi acara jalan-jalan kita saat itu. Suasana yang tadinya kaku lama kelamaan mulai mencair seiring dengan berjalannya waktu.


Wefie bersama keluarga t-rex

JJS - Jalan Jalan Sore


to be continued....

Reportase perak 2014 - Day 2

Reportase day 2. Simak ya tweeps! ;))

Culture is a repeated action, sesuatu yg dilakukan berulang2 tanpa jenuh

Keluarga harus memiliki value yg jelas, dan diterapkan di setiap kegiatan yg dilakukan

Contoh bu Ari peach yang menetapkan membaca sebagai value keluarga

Gimana sih kalau misalkan anak-anak mau baca buku level tinggi dg kalimat yg belibet, sdgkn ortunya bingung menjelaskan?

Selanjutnya, gimana ya kalau anak candu utk dibacakan buku sebelum tidur dan cenderung ga mau baca buku sendiri?

Dibacakan sebelum tidur terkadang bisa memberikan lebih dr sekedar bacaan, itu bisa menjadi emotional bonding dg ortu

Kalau mau, justru momen sebelum tidur itu sekalian untuk membentuk suasana di dalam keluarga

Ketika anak bertanya tentang sesuatu yg agak "level tinggi", orang tua wajib memberikan jawaban

Seberapa detil jawaban itu, tergantung dari kepercayaan masing2 ortu

Perlu diingat bahwa situasi dimana anak memilih utk bertanya pada ortu terlebih dahulu adalah hal yg benar. Bersyukurlah :D

Karena seharusnya ortu adalah sosok yang paling dipercayai anak, jangan sampai privilege itu jatuh kepada org lain

Perlu diperhatikan model dr anak kita, apakah ia tipe yg rajin membaca, atau yg rajin dibacakan ;))

Tidak perlu tergesa-gesa dalam mendidik anak, nikmati saja setiap fasenya, sebelum fase itu berlalu

Kumpulkanlah anak dg orang-orang yang kita inginkan sang anak kelak akan menjadi. "Wong kang sholeh kumpulono"

Bagaimana sih agar anak gemar menambah kosakata bahasa asing? Bahasa inggris misalnya

Sekali lagi, kenali tipe belajar anak. Kalau saya gemar membaca buku bahasa inggris, kalau sukanya musik dan film

Awalnya kalau nonton film subtitlenya bahasa indonesia, lama kelamaan subtitlenya ganti jd bahasa inggris

Kita harus menyadari jalan hidup masing2. Jalan hidup saya ya "menyibak jalan" untuk adik-adik. Gampang? Enggak, tp hrs dinikmati

Ketika diskusi dg anak, bukan hanya ortu yg menyampaikan apa yg diinginkan, justru yg penting adl apa yg anak inginkan

"Dancing in the Rain"
Photo taken by : Ara Kusuma
Model : jelas saya lah :p hahahahha
Life isn't just abt hw to pass the storm. It's about learning hw to dance in the rain

Untuk yg hidup di kota metropolitan dan mempunyai tantangan dlm memisahkan ank dg mall dan gadget...

Boleh nih ngikutin caranya bu Ade yg langsung nekad pindah ke salatiga yg notabene agak "tidak terlalu kota" huehehhee

Di HS, anak belajar management waktu, mengetahui passion dan mengatasi kebosanan

Anakmu bukan milikmu, ia milik jamannya. Biarkan ia tumbuh sesuai dg jamannya, bukan jamanmu

Sekian ya reportasenya, nanti lagi. Enes mau bantuin persiapan buka puasa dulu ;))