Sunday, May 27, 2012

Di balik suksesnya Jarimatika

     Ketika menikmati hasil sukses dari jarimatika, aku teringat kembali saat-saat kami masih berjuang untuk membuat jarimatika dikenal. Pada masa itu aku masih kecil sehingga masih tidak mengetahui keadaan sebenarnya, hebatnya bapak dan ibu membuat masa yang susah itu seakan menjadi masa yang membanggakan. Sehingga Enes kecil tidak merasa bahwa di kala itu sebenarnya keuangan keluarga sudah di ambang batas.
     Ketika itu, bapak di PHK dari kantornya, dan ibu (malah :p) hamil elan. Walhasil keuangan keluarga benar-benar di ujung tanduk. (aku baru 'sadar' beberapa waktu yang lalu) Itu adalah salah satu alasan, mengapa aku mengambil home schooling. Demi menghemat keuangan kami.
     Untungnya didikan bapak dan ibu terhadap aku dan dik Ara berhasil kala itu, kami bukanlah anak kecil yang demen jajan, melainkan kami adalah anak kecil yang doyan menjajakan barang-barang, hehe. Ketika itu aku dan dik Ara berjualan kue basah keliling RT.
     Demi membantu stabilnya ekonomi keluarga, ibu berjualan baju keliling menggunakan motor dengan tetap membawa dua buntutnya. Bapak juga sibuk mengisi training serabutan, dimanapun tempatnya bapak sanggupi, tidak jarang bapak meninggalkan kami hingga sebulan, dua bulan.
     Ketika itu ibu sedang berjualan baju dan aku lagi tidak mood untuk ikut, sehingga aku bermain dengan teman-temanku dan dik Ara di rumah. Karna lelah bermain, aku pun kelaparan. Dan ibu lupa tidak memasak nasi ataupun lauk pauk untuk aku makan. Saat itu Enes kecil teringat dongeng sebelum tidurnya, tentang seorang anak miskin yang makannya hanya nasi dan garam. Tanpa pikir panjang, aku buka magic jar dan melihat bahwa masih ada nasi kemarin (entah kemarin entah 2 hari yang lalu :p) aku ambil saja dan aku taburi garam. Enes kecil makan dengan sangat lahap. Ia berpikir bahwa hal itu sangat kereeen, bahwa Ia juga bisa makan nasi (kemaren) hanya dengan garam, itu .... luar biasa. Tidak ada rasa malu atau marah dalam hati Enes kecil, yang ada hanya rasa bangga (dahsyatnya dongeng dan doktrinasi ibu bapak :p)
      Di lain waktu, ketika ekonomi sudah mulai membaik, dan kami sekeluargapun sudah pindah ke Salatiga. Bapak dan Ibu berniat membangun rumah sekaligus kantor jarimatika, selama ini kami masih numpang  di rumah Yangti. Lagi-lagi uang kami sekeluarga habis untuk membangun rumah, bahkan perhiasan dan mas kawin ibu dan bapak pun tidak luput dari daftar barang yang dijual. Kala itu, Enes sudah mulai menginjak remaja, sekitar kelas 5 SD, ibu dan bapakpun sudah bisa mendiskusikan masalah itu dengan aku dan Ara. Ketika bapak dan ibu menjelaskan semuanya tanpa ditutup-tutupi, kami segera membuka tabungan dan memberikan keseluruhan uangnya kepada bapak dan ibu (aku masih sangat ingat ketika itu -- sampe sekarang -- yang paling banyak tabungannya adalah Ara, dia kan emang bakat cino dagang, hihi). Masih terpatri jelas di ingatanku, wajah ibu yang menangis haru-bahagia.
     Perjuangan demi perjuangan kami tapaki bersama, dan Alhamdulillah kami sekarang sudah bisa bercerita tentang masa lalu dengan wajah bangga dan diiringi dengan tawa geli, tentang pengalaman di masa lalu.
     Di balik setiap kesuksesan pasti selalu ada pengorbanan. Di setiap langkah yang kita ambil selalu mengandung resiko. Tinggal bagaimana kita menyikapinya dan konsistensi kita dalam menjalaninya. Janganlah melihat orang di masa suksesnya, lihatlah bagaimana ia merangkak dari 0 hingga menjadi seperti sekarang. Tetap berjuang, tetap semangat, masa depan ada di tangan kita, bukan orang lain, so, tentukan masa depanmu dari sekarang.

"Apa yang kamu pilih sekarang akan berdampak pada 3-5 tahun kedepan. Apa yang kamu rasakan sekarang adalah dampak dari apa yang kamu pilih 3-5 tahun yang lalu..."

10 comments:

  1. ini tetesan air mata yang kesekian semenjak aku baca blog-blogmu....nice story my dear

    ReplyDelete
  2. terharu saat membacanya...:(
    menjadi motivasi q untuk hari ini..
    apa yang kita impikan akan menjadi kenyataan ..
    kita yang berusaha Alloh yang menentukan..

    ReplyDelete
  3. SUbhanallah, jadi ingat masa kecilmu di sudut depok dulu dek...:). Sukses selalu ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. PAK DODOOOOO :o ya Allah aku sampe tidak bisa langsung mengenali dari fotonya, anda sudah sangat berubah, hihi
      makasih ya pak :)

      Delete
  4. Keren mbak Enes. Ikut hanyut dan terharu. Ikut berbahagia bersama Bapak & Ibu.. :)

    ReplyDelete
  5. your family is sooo inspiring dear....thanks to God for His blessing, having parents like Pak Dody and Bu Septi, send my regards to them

    Big hugs,
    Theresia

    ReplyDelete