Tuesday, March 18, 2014

Living with Strangers

Nggak terasa, it has been almost three years for me living in Singapore. Banyak banget hal yang udah terjadi baik itu menggembirakan atau menyedihkan. Salah satu hal yang paling berkesan banget buat aku adalah saat harus kontrak rumah bareng sama temen-temen. Disitu bener-bener kayak ilmu-ilmu komunikasi --atau apapun lah-- kepake banget. Banyak banget perubahan yang aku rasain, dari pertama kali kontrak rumah sampai sekarang. Perubahan-perubahan inilah yang mau aku share sama temen-temen semua :) Get ready to get into my life's journey! *cring*

Kembali ke satu setengah tahun yang lalu. Seorang enes baru beradaptasi dengan rumah barunya. Yups, ini adalah pindahan yang ke-tiga kalinya selama satu setengah tahun enes tinggal di Singapur. Hampir semua jenis tempat tinggal udah enes coba, mulai dari tinggal di hostel selama 6 bulan, well seru sih banyak temennya, tapi kamar yang kecil, kamar mandi luar berjarak 100m, mesin cuci berbayar, dapur yang letaknya berbeda dua tingkat dari kamarku (harus naik tangga pula -.-) dan ibu asrama yang galak adalah sesuatu yang sudah selayaknya kutinggalkan.

Berpindah dari hostel, aku mendapatkan sebuah kamar yang terletak tidak terlalu jauh dari hostel. Kamar ini dimiliki oleh keluarga Melayu Singapur, mereka cukup ramah sih, hanya saja kultur yang berbeda dan anaknya yang masih kecil-kecil membuatku cukup tidak konsen belajar. Akhirnya akupun pindah lagi.

Selanjutnya aku tetap menyewa kamar, namun yang sekarang pemiliknya adalah keluarga Indonesia. Menyenangkan sih, kami bisa menonton SCTV bareng (hehe), jalan-jalan bareng, belajar mengaji bareng, terkadang kalau ibu kos sedang masak aku juga suka kebagian makanan. Tapi niih tapi.. pada suatu hari datanglah seorang flatmate yang, uh, ya begitulah, jadi akupun pindah lagi.

Oke, kembali lagi ke satu setengah tahun yang lalu, aku akhirnya pindah ke sebuah condominium yang cukup mewah, bagus, dan di tengah kota. Wow sekali pokoknya. Aku tinggal bersama dua temanku yang lain, kami belom kenal-kenal banget sebenernya, yah bisa digambarkan kayak nikah lewat proses ta'arufan gitu, kenalnya belom lama, eh tiba-tiba tinggal serumah bareng *apasih, mulai geje*

Pada awalnya kami hidup aman nyaman tentram, aku mulai belajar cara menghitung pengeluaran listrik, TV, bill AC, dsb. Tapi selanggeng-langgengnya hubungan pasti ada nggak mulusnya kan, hehehe. Karna kami menyewa satu rumah sendiri, jadi banyak temen-temen yang mulai menggunakan rumah kami sebagai 'basecamp.' Seru sih jadi sedikit rame gitu rumahnya, tapi ya namanya juga temen 'mampir' jadi kadang begitu mereka pulang rumah keliatan naujubillah berantakan. Kami mulai ribut dan berpikir keras tentang peraturan-peraturan tentang kebersihan, piket, jadwal mencuci, jadwal masak, cara mencuci baju, dsb. Terkadang aku masih tidak berani mengemukakan pendapatku, karna takut menyingggung yang lain, jadi terkadang aku ikut aja dengan keputusan temen-temen.

Sebulan, dua bulan berjalan, aku mulai berani mengemukakan pendapatku dan menegur ketika ada temanku yang salah, yah kadang sedikit menyindir juga sih, hehe. Kami belajar cara mengelola keuangan agar hemat, aku juga belajar untuk menolak ajakan temanku ketika aku sedang tidak ingin melakukannya (ternyata dibutuhkan seni tersendiri untuk menolak teman), kayak ngajak window shopping saat aku lagi ingin belajar, dsb. Bill listrik kami yang tadinya luar biasa melambung kini sudah mulai stabil, kebersihan rumah juga lumayan terjaga, kami juga mulai mengenal kepribadian satu sama lain dan sering beraktivitas bersama. Adikku, Ara juga mulai tinggal bersama kami, menyenangkannyaa :3

Hingga akhirnya peristiwa itupun terjadi, tiba-tiba salah seorang temanku pindah. Kami kira itu hanyalah keinginan sementara saja, tapi ternyata tidak. JEDER! permasalahan pembagian keuanganpun terjadi, sesuatu yang tiba-tiba begini membuat kami kelimpungan. Inilah kesalahan kami, atas asas pertemanan, tiada hitam putih yang tertera di antara kami. Semua hanya berdasarkan lisan, dan itu adalah sesuatu yang FATAL sekali. Sayangnya, nasi sudah menjadi bubur, kami relakan teman kami pindah, dan berusaha untuk menutupi biaya yang bertambah dengan menyewakan salah satu kamar secara harian. Yah meskipun berat, dan rasanya kami belum ikhlas, tapi dunia masih berputar, masih ada hari-hari yang menanti untuk kami 'warnai,' dan kami nggak akan nyerah begitu aja.

Alhamdulillah kamar yang kami sewa lumayan laris, hampir setiap minggu pasti ada yang mengisi. Yah walaupun berat juga, aku harus bangun pagi-pagi untuk masak sarapan (fasilitas menginap), nggak bisa bebas berkeliaran, harus bersih-bersih kamar total, ganti sprei, dsb pokoknya service excellent banget deh kamar gue nih. Tapi seru juga sih, jadi dapet banyak kenalan, belajar cara memikat customer, cara ngiklanin kamar, channel-channel buat iklan, dsb.

Nggak terasa satu tahun sudah berlalu, namun beban biaya yang kami pikul masih terasa berat, akhirnya setelah dihitung-hitung untung ruginya, kami berpikir untuk pindah rumah. Dalam waktu sebulan pun kami sibuk melihat rumah sana-sini, menimbang-nimbang harga, fasilitas, lokasi, kenyamanan, dsb. Hingga akhirnya kami tertarik dengan sebuah HDB di Bishan, sebuah rumah yang cukup nyaman dengan 3 kamar dan 2 kamar mandi. Kali ini tidak hanya aku, temanku, dan adikku, Ara, yang tinggal, tapi ada 3 orang lainnya. Dua orang sudah bekerja, satu temanku kenalan dari KBRI dan satunya lagi temannya temanku ini, dan satu lagi temennya Ara (mbulet ya :p hehe).

Akhirnya adaptasi lagi dengan suasana baru, pindahan lagi, gotong-gotong lagi, bikin peraturan lagi, dsb. Di fase ini aku sudah lebih berpengalaman dalam mengemukakan pendapatku, tapi untuk menegur temanku, terutama yang lebih tua, aku masih agak segan. Ternyata hal ini memerlukan ilmu tersendiri, cara berbicaranya sedikit beda dibandingkan ketika menegur teman yang sebaya. Tapi inilah hidup, sebanyak apapun kita menguasai sesuatu, pasti akan tetap ada hal yang perlu untuk dipelajari. Seperti tercantum pada sebuah hadits, "tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat" jadi kalau sampai aku tidak mau belajar, liang lahatlah tempatku bersemayam, hehe.

Hingga saat ini aku masih tinggal di HDB tercinta kami, kami penghuni-penghuni cantiknya (dilarang protes :p) memiliki group whatsapp sendiri untuk membahas permasalahan yang terjadi. Beberapa peraturan sudah di set, jadwal mencuci baju juga sudah disepakati. Pokoknya hidup kami cukup tentram lah disini. Hambatan tetep ada, apalah arti hidup tanpa hambatan hahaha, tapi asal komunikasi tetep jalan, insya Allah kami akan tetap bertahan :)

Oh iya, dari sekian banyak hal yang aku pelajari, yang paling berkesan adalah pelajaran bertanggung jawab dan ikhlas. Tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang aku sering kesal ketika mendapati dapur (daerah kekuasaanku, haha) dan meja makan kotor minta ampun. Biasanya kalo udah gini, dulu aku sungut-sungut sambil beresin, terus badmood all-day-long. Tapi sekarang, aku merasa lebih bisa berdamai dengan keadaan, aku mulai melakukan rutinitas pagi, yaitu sarapan, menata cucian piring bersih-bersih dapur, dan buang sampah. Entah siapapun yang mencuci semalam, atau siapapun yang buang sampah banyak-banyak semalam aku tetap melakukan rutinitas itu, dan aku belajar ikhlas. Aku belajar bahwa "yasudah, kalau memang aku ingin bersih-bersih ya aku akan bersih-bersih dengan senang hati. Kalau aku lagi tidak ingin, yasudah, biarkan saja." Sebenarnya bersih-bersih rumah juga bagian dari belajar untuk masa depan loh. Nanti kalau udah nikah pasti kan ada tuh masa dimana anak-anak yang ngeberantakin rumah, kamu yang beresin. Kalau kamu gak bisa memandang tugasmu dengan riang ya hidup akan terasa lebih berat, ngomel ngomel aja terus sampe tuwir :p hehe.

Kadang-kadang aku juga suka bermain peran sebagai mahasiswa gaul yang super sibuk, sehingga aku tetap menikmati tugasku. Aku harus masak, bersih-bersih rumah, ngerjain tugas, belanja, setrika baju, dan sebagainya. Tapi aku ngerasa keren aja gitu, soalnya aku kan emang lagi "jadi" mahasiswa gaul, calon the Bright Bride gituuuh, hahahaha. Aku juga jadi belajar tentang me-manage waktu, kapan kamu bisa bersih-bersih rumah total, kapan kamu hanya bersih-bersih seadanya soalnya deadline mengejar :D

Pokoknya banyak banget deh keuntungan dari kontrak rumah bareng-bareng atau bahasa kerennya "living together with strangers", karna kita manusia sebagai mahluk sosial akan selalu membutuhkan orang lain dalam hidup, terkadang orang tersebut adalah a total stranger, tapi gimana sikap kita untuk menguasai keadaan dan mendapatkan win-win solution, kapanpun, dimanapun dan untuk siapapun itu lah yang penting. Mari terus belajar bersama, kalau ada hal-hal seru lainnya yang sekiranya dapat menolong saya sebagai anak kos perantauan feel free untuk mention di twitter @enes_kusuma atau FB enes kusuma ya :))

Sekian artikel saya, semoga bermanfaat. Peace, love, and be happy :))

makan malam :9

weekend jogging *salah fokus* wkwk

malam tahun baru at (near) Marina Bay Sands





4 comments: