Tuesday, April 8, 2014

Hai kamu...

Hai kamu, iya kamu yang ada dalam diriku, terkadang aku tidak mengenalimu. Siapa kamu sebenarnya? Tahukah kamu, ketika aku berbeda pendapat denganmu hatiku sakit sekali, batinku menangis, dan aku tetap tidak mengerti akan mengalir kemana konflik ini. Pikiranku tak lagi ku mengerti, jiwaku tak lagi setegar biasanya, butuh beberapa menit bahkan beberapa hari untuk meluruskan kembali benang-benang kusut dalam diriku.

Hai kamu, sungguh aku tak ingin peperangan ini terjadi, lebih baik aku dibenci seluruh dunia tapi tak dibenci olehmu. Iya, kamu, sisi lain dari diriku. Inikah yang biasa disebut oleh setiap orang sebagai peperangan batin? Sungguh rasanya sangat sakit dan tidak enak. Mempertanyakan pemikiran yang telah kita miliki selama ini, meragukan keputusan yang baru saja diambil.

Hai kamu, bolehkah ku teteskan air mata ini sejenak saja? Untuk melepas beban berat yang ada di pundakku. Untuk sebentar saja merasakan kedamaian di atas segala kericuhan di dunia ini. Bolehkah?

Hai kamu, kukira aku akan baik-baik saja, selama ini kita sudah sering membahas tentang hal ini kan? Betapa kita akan mengikhlaskan apapun takdir yang ditentukanNya, bahwa apapun yang terjadi kita akan tetap baik-baik saja. Tapi mengapa pada akhirnya hatiku sakit, kenapa aku jadi lemah? Kenapa? Bisakah kau jelaskan padaku, wahai kamu sisi lain dariku?

Hai kamu, peluklah diriku sebentar saja, katakan kepadaku bahwa aku adalah wanita yang tegar. Bantu aku berdiri, bantu aku untuk menjadi kuat kembali seperti biasa. Karna aku tahu kamu masih tetap berpegang pada prinsip kita dulu, meskipun terkadang aku lemah, aku tahu akan selalu ada kamu yang menguatkanku.

Hai kamu, maafkanlah aku, biarkan aku menuangkan segala keluh kesahku sebentar saja, hanya untuk saat ini saja. Agar pikiranku tak lagi kusut dan aku bisa lebih fokus dengan berbagai macam tujuan yang telah kita tentukan bersama.

Hai kamu, terimakasih ya. Terimakasih telah menguatkanku, untuk kembali menantang kerasnya dunia. Sekarang kita sudah bisa kembali berjalan di jalur yang sama, sekarang tak ada lagi hati yang bingung, semua sudah selesai. Terimakasih karna kamu telah mendengarkanku dengan seksama. Terimakasih kamu, sisi lain diriku. Meskipun aku terkadang tak mengenalimu, tapi aku tahu bahwa kamu akan selalu ada di sisiku, sepanjang apapun jalan yang kita tempuh kau kan terus genggam erat diriku, sehingga tidak terlepas dari jalur kehidupanku. 

No comments:

Post a Comment