Wednesday, March 26, 2014

Perjuangan Mencari Tempat Sholat

Aku ingin bercerita tentang pengalamanku disini, pengalaman tentang perjuangan mencari tempat sholat. Pertarungan batin antara tidak mau dan tidak bisa, pertarungan yang menunjukkan kesungguhan diri bahwa tidak akan menyerah sebelum berusaha. Inilah kisahku....

Malam ini aku, kak Kiki dan Ara akan nonton film bersama, rencananya kami akan nonton Divergent. Setelah menimbang-nimbang jam tayang dan lokasi, kami akhirnya memilih untuk menonton di bioskop AMK hub yang tidak terlalu jauh dari rumahku. Jadwal nontonnya jam 7.45 kebetulan ada masjid di dekat bioskop, jadi bisa sholat dulu sebelum nonton. Maghribnya jam 7.14. Tidak disangka ternyata antriannya panjang sekali. O-ow, akhirnya celingukan cari-cari emergency exit untuk sholat, kesana.. kemari.. *cring* akhirnya ketemu juga. Dan aku pun masuk, dan mengganjal pintu pakai sepatu (karna nggak bisa di buka dari dalam kalau sampai tertutup). Sajadah sudah digelar, arah kiblat sudah dapet... "Allahuakbar."
"Hello miss! Hey! Hello! You cannot pray here, hey! hello!"
Aduh kagak sante banget sih ni orang, ganggu konsentrasi orang sholat aja. Hmm... dijawab sekarang atau selesein sholat dulu ya, aduh tapi ni orang ribut amat lagi, akhirnya....
"Yes?"
"You cannot sembahyang sini la!"
"Sebentar saja," pintaku memelas
"cannot cannot, sini got camera la, management tak ijinkan sembahyang sini, I sudah beri tahu you ya, bukannya I mean, tapi management tak kasih lah," buset dah merepet abis.
"okay." ujarku pendek sambil membereskan peralatan sholat.
"sorry ya! bukannya I mean ya, tapi management tak kena kasih lah!"
"okay." jawabku lagi singkat, sambil dalam hati berharap ada alat pembungkam mulut. Makin banyak omongnya ni orang, makin bikin aku emosi aja. Sabar Enes, tenang, tarik nafas. Dan aku pun pergi. Ku telpon kak Kiki, ternyata dia sudah sampai, dia mengajakku untuk ke masjid. Sip, kemungkinan nyasar kecil nih, kan ada GPS. Akhirnya Ara masuk duluan ke gedung bioskop, karna sedang tidak sholat, sedangkan kami berdua nge-bolang mencari masjid. Setelah berjalan beberapa saat, kami tak juga menemukan tanda-tanda keberadaan masjid. Waktu mulai menunjukkan jam 7.40, bagaimana ini, tinggal 5 menit lagi waktu yang kami punya mana GPS nya eror lagi. Huh.

Akhirnya kami nekat balik lagi ke gedung bioskop dan mencari tempat sepi untuk sholat. Kebetulan tadi waktu datang (karna sedikit kesasar) aku melewati lift yang bukan lift utama, disitu ada lorong dan lumayan sepi. Setelah kami sampai di tempatnya, tanpa buang waktu aku langsung mencari arah kiblat dan menggelar sajadah. Baru saja aku mau melakukan takbiratul ihram...
"Eh, what are you doing here?" satpam yang lain datang lagi. Langsung aku reflek menyiapkan defense statement.
"Oh praying a?" lanjut pak satpan dan dia pun pergi begitu saja. Alhamdulillah. Aku pun melanjutkan sholat, dan itu bener-bener sholat pertamaku di tempat emergency yang paling 'nyes' banget di hati. Perjuangan euy hanya untuk shalat, untung aku tidak memilih menyerah dan sholat di bangku bioskop aja hehehe. Alhamdulillah masih bisa sholat dengan berdiri.

Bisa kurasakan kehadiran orang yang berlalu lalang sambil beberapa memperlambat langkah kakinya, sepertinya mereka terheran-heran dengan dua mahluk yang melakukan gerakan-gerakan yang tak dikenali. Namun, aku cuek saja, tetap berusaha fokus pada sholatku. Setelah selesai sholat kami segera membereskan peralatannya dan menuju ruang bioskop.

Begitu sampai di ruang bioskop, hati udah lega, akhirnya kami bisa nonton dengan tenang. Filmnya bagus banget sih, bercerita tentang sebuah negara yang demi mencegah peperangan membagi masyarakatnya menjadi beberapa fraksi yang memiliki tugas masing-masing. Biasanya setiap orangnya memiliki sifat yang akan cenderung pada suatu fraksi tertentu, dan disanalah mereka akan bekerja. Namun, ada beberapa yang memiliki sifat langka, mereka disebut Divergent. Divergent adalah manusia yang memiliki beberapa sifat, istilahnya "they belong to not just one faction," mereka ini diburu oleh pemerintah karna dianggap dapat menimbulkan peperangan. Pokoknya inti ceritanya pemberontakan dari para divergent ini. Seru banget dan wajib ditonton banget.

Inilah kisahku, apa ceritamu?

Tuesday, March 18, 2014

Living with Strangers

Nggak terasa, it has been almost three years for me living in Singapore. Banyak banget hal yang udah terjadi baik itu menggembirakan atau menyedihkan. Salah satu hal yang paling berkesan banget buat aku adalah saat harus kontrak rumah bareng sama temen-temen. Disitu bener-bener kayak ilmu-ilmu komunikasi --atau apapun lah-- kepake banget. Banyak banget perubahan yang aku rasain, dari pertama kali kontrak rumah sampai sekarang. Perubahan-perubahan inilah yang mau aku share sama temen-temen semua :) Get ready to get into my life's journey! *cring*

Kembali ke satu setengah tahun yang lalu. Seorang enes baru beradaptasi dengan rumah barunya. Yups, ini adalah pindahan yang ke-tiga kalinya selama satu setengah tahun enes tinggal di Singapur. Hampir semua jenis tempat tinggal udah enes coba, mulai dari tinggal di hostel selama 6 bulan, well seru sih banyak temennya, tapi kamar yang kecil, kamar mandi luar berjarak 100m, mesin cuci berbayar, dapur yang letaknya berbeda dua tingkat dari kamarku (harus naik tangga pula -.-) dan ibu asrama yang galak adalah sesuatu yang sudah selayaknya kutinggalkan.

Berpindah dari hostel, aku mendapatkan sebuah kamar yang terletak tidak terlalu jauh dari hostel. Kamar ini dimiliki oleh keluarga Melayu Singapur, mereka cukup ramah sih, hanya saja kultur yang berbeda dan anaknya yang masih kecil-kecil membuatku cukup tidak konsen belajar. Akhirnya akupun pindah lagi.

Selanjutnya aku tetap menyewa kamar, namun yang sekarang pemiliknya adalah keluarga Indonesia. Menyenangkan sih, kami bisa menonton SCTV bareng (hehe), jalan-jalan bareng, belajar mengaji bareng, terkadang kalau ibu kos sedang masak aku juga suka kebagian makanan. Tapi niih tapi.. pada suatu hari datanglah seorang flatmate yang, uh, ya begitulah, jadi akupun pindah lagi.

Oke, kembali lagi ke satu setengah tahun yang lalu, aku akhirnya pindah ke sebuah condominium yang cukup mewah, bagus, dan di tengah kota. Wow sekali pokoknya. Aku tinggal bersama dua temanku yang lain, kami belom kenal-kenal banget sebenernya, yah bisa digambarkan kayak nikah lewat proses ta'arufan gitu, kenalnya belom lama, eh tiba-tiba tinggal serumah bareng *apasih, mulai geje*

Pada awalnya kami hidup aman nyaman tentram, aku mulai belajar cara menghitung pengeluaran listrik, TV, bill AC, dsb. Tapi selanggeng-langgengnya hubungan pasti ada nggak mulusnya kan, hehehe. Karna kami menyewa satu rumah sendiri, jadi banyak temen-temen yang mulai menggunakan rumah kami sebagai 'basecamp.' Seru sih jadi sedikit rame gitu rumahnya, tapi ya namanya juga temen 'mampir' jadi kadang begitu mereka pulang rumah keliatan naujubillah berantakan. Kami mulai ribut dan berpikir keras tentang peraturan-peraturan tentang kebersihan, piket, jadwal mencuci, jadwal masak, cara mencuci baju, dsb. Terkadang aku masih tidak berani mengemukakan pendapatku, karna takut menyingggung yang lain, jadi terkadang aku ikut aja dengan keputusan temen-temen.

Sebulan, dua bulan berjalan, aku mulai berani mengemukakan pendapatku dan menegur ketika ada temanku yang salah, yah kadang sedikit menyindir juga sih, hehe. Kami belajar cara mengelola keuangan agar hemat, aku juga belajar untuk menolak ajakan temanku ketika aku sedang tidak ingin melakukannya (ternyata dibutuhkan seni tersendiri untuk menolak teman), kayak ngajak window shopping saat aku lagi ingin belajar, dsb. Bill listrik kami yang tadinya luar biasa melambung kini sudah mulai stabil, kebersihan rumah juga lumayan terjaga, kami juga mulai mengenal kepribadian satu sama lain dan sering beraktivitas bersama. Adikku, Ara juga mulai tinggal bersama kami, menyenangkannyaa :3

Hingga akhirnya peristiwa itupun terjadi, tiba-tiba salah seorang temanku pindah. Kami kira itu hanyalah keinginan sementara saja, tapi ternyata tidak. JEDER! permasalahan pembagian keuanganpun terjadi, sesuatu yang tiba-tiba begini membuat kami kelimpungan. Inilah kesalahan kami, atas asas pertemanan, tiada hitam putih yang tertera di antara kami. Semua hanya berdasarkan lisan, dan itu adalah sesuatu yang FATAL sekali. Sayangnya, nasi sudah menjadi bubur, kami relakan teman kami pindah, dan berusaha untuk menutupi biaya yang bertambah dengan menyewakan salah satu kamar secara harian. Yah meskipun berat, dan rasanya kami belum ikhlas, tapi dunia masih berputar, masih ada hari-hari yang menanti untuk kami 'warnai,' dan kami nggak akan nyerah begitu aja.

Alhamdulillah kamar yang kami sewa lumayan laris, hampir setiap minggu pasti ada yang mengisi. Yah walaupun berat juga, aku harus bangun pagi-pagi untuk masak sarapan (fasilitas menginap), nggak bisa bebas berkeliaran, harus bersih-bersih kamar total, ganti sprei, dsb pokoknya service excellent banget deh kamar gue nih. Tapi seru juga sih, jadi dapet banyak kenalan, belajar cara memikat customer, cara ngiklanin kamar, channel-channel buat iklan, dsb.

Nggak terasa satu tahun sudah berlalu, namun beban biaya yang kami pikul masih terasa berat, akhirnya setelah dihitung-hitung untung ruginya, kami berpikir untuk pindah rumah. Dalam waktu sebulan pun kami sibuk melihat rumah sana-sini, menimbang-nimbang harga, fasilitas, lokasi, kenyamanan, dsb. Hingga akhirnya kami tertarik dengan sebuah HDB di Bishan, sebuah rumah yang cukup nyaman dengan 3 kamar dan 2 kamar mandi. Kali ini tidak hanya aku, temanku, dan adikku, Ara, yang tinggal, tapi ada 3 orang lainnya. Dua orang sudah bekerja, satu temanku kenalan dari KBRI dan satunya lagi temannya temanku ini, dan satu lagi temennya Ara (mbulet ya :p hehe).

Akhirnya adaptasi lagi dengan suasana baru, pindahan lagi, gotong-gotong lagi, bikin peraturan lagi, dsb. Di fase ini aku sudah lebih berpengalaman dalam mengemukakan pendapatku, tapi untuk menegur temanku, terutama yang lebih tua, aku masih agak segan. Ternyata hal ini memerlukan ilmu tersendiri, cara berbicaranya sedikit beda dibandingkan ketika menegur teman yang sebaya. Tapi inilah hidup, sebanyak apapun kita menguasai sesuatu, pasti akan tetap ada hal yang perlu untuk dipelajari. Seperti tercantum pada sebuah hadits, "tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat" jadi kalau sampai aku tidak mau belajar, liang lahatlah tempatku bersemayam, hehe.

Hingga saat ini aku masih tinggal di HDB tercinta kami, kami penghuni-penghuni cantiknya (dilarang protes :p) memiliki group whatsapp sendiri untuk membahas permasalahan yang terjadi. Beberapa peraturan sudah di set, jadwal mencuci baju juga sudah disepakati. Pokoknya hidup kami cukup tentram lah disini. Hambatan tetep ada, apalah arti hidup tanpa hambatan hahaha, tapi asal komunikasi tetep jalan, insya Allah kami akan tetap bertahan :)

Oh iya, dari sekian banyak hal yang aku pelajari, yang paling berkesan adalah pelajaran bertanggung jawab dan ikhlas. Tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang aku sering kesal ketika mendapati dapur (daerah kekuasaanku, haha) dan meja makan kotor minta ampun. Biasanya kalo udah gini, dulu aku sungut-sungut sambil beresin, terus badmood all-day-long. Tapi sekarang, aku merasa lebih bisa berdamai dengan keadaan, aku mulai melakukan rutinitas pagi, yaitu sarapan, menata cucian piring bersih-bersih dapur, dan buang sampah. Entah siapapun yang mencuci semalam, atau siapapun yang buang sampah banyak-banyak semalam aku tetap melakukan rutinitas itu, dan aku belajar ikhlas. Aku belajar bahwa "yasudah, kalau memang aku ingin bersih-bersih ya aku akan bersih-bersih dengan senang hati. Kalau aku lagi tidak ingin, yasudah, biarkan saja." Sebenarnya bersih-bersih rumah juga bagian dari belajar untuk masa depan loh. Nanti kalau udah nikah pasti kan ada tuh masa dimana anak-anak yang ngeberantakin rumah, kamu yang beresin. Kalau kamu gak bisa memandang tugasmu dengan riang ya hidup akan terasa lebih berat, ngomel ngomel aja terus sampe tuwir :p hehe.

Kadang-kadang aku juga suka bermain peran sebagai mahasiswa gaul yang super sibuk, sehingga aku tetap menikmati tugasku. Aku harus masak, bersih-bersih rumah, ngerjain tugas, belanja, setrika baju, dan sebagainya. Tapi aku ngerasa keren aja gitu, soalnya aku kan emang lagi "jadi" mahasiswa gaul, calon the Bright Bride gituuuh, hahahaha. Aku juga jadi belajar tentang me-manage waktu, kapan kamu bisa bersih-bersih rumah total, kapan kamu hanya bersih-bersih seadanya soalnya deadline mengejar :D

Pokoknya banyak banget deh keuntungan dari kontrak rumah bareng-bareng atau bahasa kerennya "living together with strangers", karna kita manusia sebagai mahluk sosial akan selalu membutuhkan orang lain dalam hidup, terkadang orang tersebut adalah a total stranger, tapi gimana sikap kita untuk menguasai keadaan dan mendapatkan win-win solution, kapanpun, dimanapun dan untuk siapapun itu lah yang penting. Mari terus belajar bersama, kalau ada hal-hal seru lainnya yang sekiranya dapat menolong saya sebagai anak kos perantauan feel free untuk mention di twitter @enes_kusuma atau FB enes kusuma ya :))

Sekian artikel saya, semoga bermanfaat. Peace, love, and be happy :))

makan malam :9

weekend jogging *salah fokus* wkwk

malam tahun baru at (near) Marina Bay Sands





Sunday, March 9, 2014

Tersenyumlah, Karna Aku Ada

Kegelapan malam semakin terasa seiring berjalannya waktu, keheningan menjadi musik yang mengiringi tidurmu. Kau lihat kanan dan kirimu, semua sudah tertidur lelap. Seharusnya kau pun juga begitu, ditambah lagi kemarin malam tugas-tugas kuliah sukses membuatmu hanya tidur beberapa jam saja. Tapi kenyataannya, malam ini sedikitpun tak kunjung bisa kau pejamkan matamu. Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu.

Matamu mulai nanar menerawang, kau urungkan niat untuk tidur. Meskipun tubuhmu sudah sangat lelah, meski otakmu sudah meronta butuh istirahat, tapi sayangnya hatimu menolak. Hingga kaupun menyadari bahwa kau sedang berperang melawan dirimu sendiri. Ada kenangan-kenangan lama yang menggeliat memasuki jiwamu, kenangan itu lambat laun mulai mengambil alih pikiranmu. Aaah kamu jadi teringat masa itu.

Terima saja bahwa malam ini kau sedang kurang beruntung, esok kau harus bangun pagi-pagi sekali dan malam ini kau malah diajak bermain oleh pikiranmu. Yah, anggap saja dewi keberuntungan memang sedang mengujimu, mungkin kau butuh sedikit "sentilan" dalam hidup ini untuk dapat menyadari apalah makna dari kehidupanmu ini.

Akhirnya, kau mengaku kalah dengan dirimu sendiri dan mulai membuka laptopmu untuk menuliskan segala keluh kesah yang bercengkrama dihatimu. Haha, kau memang orang yang tak pernah bisa mengungkapkan emosimu dengan baik secara verbal. Untunglah kau bisa menyalurkannya dalam tulisan dan gambar, ya, kau masih beruntung, setidaknya kamu tidak punya pikiran untuk mengakhiri hidupmu. Tidak secepat itu.

Kata demi kata mulai mengalir, ia membentuk suatu alur tertentu, alur yang tak dapat kau tebak ujungnya. Peduli setan dengan dimana cerita ini akan berakhir, yang kau pikirkan saat ini hanyalah bagaimana kau bisa menumpahkan segala keluh kesahmu, dan malam ini kau dapat tidur dengan tenang. Aah seandainya saja kau punya sedikit keberanian untuk memperjuangkan keinginanmu, kau tidak akan berakhir menyedihkan begini.

Entah sejak kapan pemikiran seperti itu ada padamu, sebuah pemikiran konyol dengan satu kesimpulan: kau tak akan pernah menang darinya, kau tak akan bisa mempertahankan keinginanmu. Argumenmu kurang kuat, setiap perkataanmu akan dengan mudahnya dipatahkan olehnya. Yah sepertinya kau harus cukup puas dengan hanya menuliskan perasaanmu, berharap saja waktu kan menyembuhkan lukamu.

Tapi tidak, kau yang sekarang hanya membohongi dirimu sendiri! Kau tahu semakin kau pendam, rasa sakit itu semakin menjadi-jadi. Tapi kau takut, kau takut keinginanmu akan dirusak lagi olehnya. Kau lebih memilih diam daripada melawan, karna sekuat apapun kau melawan, kau tak pernah bisa menang. Kau lebih memilih menelan semua kepahitan dan anganmu daripada harus bergulat dengannya. Kau yang sekarang sangat lemah! Kasihan sekali kau, apakah waktu yang telah mengajarimu itu semua?

Sudahlah, tubuhmu sudah lelah, matamu sudah sangat ingin terpejam, kau sudah harus istirahat. Hentikan saja keluh kesahmu ini. Berharaplah esok hari semua akan baik-baik saja. Semoga. Berharaplah esok hari keajaiban datang dan kau dapat kembali menatap hari dengan senyuman. Aku sudah merindukan senyuman indahmu itu, aku juga rindu tawa lepasmu. Tolonglah, hapus air matamu, jadilah orang yang kuat. Karna masih banyak yang menyayangimu. Dan aku, aku akan selalu ada disini menemanimu, akan kudengarkan keluh kesahmu. Meski kau tak dapat melihatku, tapi aku selalu ada untukmu, dan akan kupastikan bahwa kau akan baik-baik saja. Karna aku menyayangimu, maka tersenyumlah.

Wednesday, March 5, 2014

When I met my Besties

Hi folks! As I'm not in the mood for doing my assignments right now (although the deadline is tomorrow :p). Guess that I'll be telling you all my story from not-so-long time ago hehhe

So, the story was set up on the day where ashes from Mt. Kelud is still an issues in my beloved city, Salatiga. Although the ashes are wiped up by the rain, but, everywhere still looks grey, just exactly like my heart #eaaaaa just kidding hahaha. Okay back to the story, This weekend I canceled the seminars tour with my mom, because my besties are coming to town hohoho. It's really seldom for us to meet together with a complete members like this day, if I count it right, so it was our second time since we graduated from junior high, hoho

The first person that came to my house is Amung, she now lives in Semarang about 1 hour from Salatiga. We were so gabut because it's only two of us. So we decided to chat about everything that came up to our minds, whether it's about school, friends, town, planes, love life #eaaaa (although i don't have any story for that topic hehehe). Finally, two of my other friends showed up, those are Nunk and Hayu, they both are in SMANSSA (the number one government school in Salatiga). They came along with their motorbikes :D and the journey began.

Although it feels like I chew a lot of ashes in my mouth as we go along the road, but I just ignored it and enjoy the time with my besties. And... as always, whenever we meet up, we often cannot decided where we wanna go, and end up in the same place (again) as always. So we go to St*r steak, having lunch there, chat, and go, hohooho. And then we go around the city, we stopped by the library for awhile, then go to Rida's (the last members that haven't showed up in our group) school :) Actually, we want to be crazy and yelled Rida's name as we ride in front of Rida's school, but looking at the number of people we don't know there, we just do nothing and called Rida on her phone hehe.

Because Rida wanted to change her uniform into casual look, so we went to Rida's house. As usual, we also messed her room (that already messy before) :p hehehe. Finally, our (second) last tour, we went to Cici** milk near my house, I order for caramel milk, that's yummy :9 i didn't try the snacks though, so I can't rate it hehe. But the milk is delicious. We took a lot of pictures there, luckily we are the only one occupying the second floor, so we can put whatever poses we want, of course the normal one, or so I think :p

Oh I forgot to tell you that I also went to my junior high, it feels so nostalgic, the buildings are better than when I was still there. Many of my underclassmen also still playing basketball there, but I don't know any of them so I didn't greet them, hehe.

Okay, and the last destination was my home. We played poker til 8pm (in Salatiga, that's late night already).

Even though when you read this story, you might think that it's just an ordinary boring story, but for me, that's a really wonderful time that I want to share with you guys. Because, at that time, I felt like I could leave all my sadness behind, I could enjoy the moment as much as I can. And I'm looking forward for the time like this, before we all are busy with our university's life.  

There are some photos that we took at that day..