Wednesday, May 22, 2013

Aku mencintaimu karna Allah

     Sakit hati. Galau. Air mata. Dan masih banyak hal lainnya yang sudah menjadi satu paket dengan keberanian kita --umunya para remaja-- untuk jatuh cinta. Pikiran selalu tertuju padanya, hand phone tidak pernah lepas dari genggaman tangan, mata selalu berbinar ketika melihat sosoknya atau hanya mendapat sms jawaban darinya. Tapi, sekalinya dia tidak menjawab sms, atau perhatiannya teralih sebentar untuk perempuan/lelaki lain, hatipun panas. Dan api cemburu pun berkobar tanpa mampu di cegah. Belajar nggak nafsu, makan nggak nafsu, bawaannya bad mood aja (oke nggak semua orang mengalami hal separah ini :p).
     Dibutakan oleh cinta, kita sering tidak menyadari berapa banyak waktu yang terbuang karenanya. Berapa banyak waktu yang kita gunakan hanya untuk menyiksa diri sendiri dengan semua tetek bengek cinta.
     Tidak munafik, aku juga remaja biasa, aku pernah mengalaminya. Aku pernah menghabiskan waktu-waktuku untuk memandangi HP, bete ketika dia nggak balas sms tapi sempat-sempatnya update status (curcol ceritanya, hehe), aku pernah mengalami semua rasa sakit itu, waktuku pernah terbuang percuma karenanya. Hingga akhirnya, sebuah kalimat tersebut membuat aku tersadar. Kalimat sederhana yang membuatku terhenyak sesaat.
     "Aku mencintaimu karena Allah" begitu yang tertulis di status seorang temanku di FB. Astaghfirullah, kemanakah aku selama ini? Aku terlalu sibuk mengurus sakit hati yang aku jabanin dari pagi sampai pagi berikutnya, sibuk terbang jauh melintasi dunia fantasiku, sibuk meredakan degup jantungku, karena aku mencintai mahluk ciptaanNya. Namun aku melupakan satu hal penting, aku melupakan cintaku padaNya. Cinta yang tidak pernah menuntut, tidak pernah menyakiti, selalu menenangkan, tidak pernah berkhianat dan selalu memberi semangat.
     Ya Allah kemana saja aku selama ini, hingga aku baru tersadar sekarang. Aku mencintai mahlukMu, bukan karenaMu, namun hanya untuk memuaskan nafsu sesaatku belaka. Hasilnya, ibadahku stagnan, tidak bertambah, cenderung berkurang. Waktuku banyak terbuang percuma. Ya Allah maafkan aku.
     Mulai saat ini aku bertekad untuk menilai kualitas cintaku kepada lawan jenis (jika itu bisa disebut cinta, hahaha) dengan melihat kualitas ibadahku. Bertambahkah? Atau justru berkurang?
     Ketika akhirnya kutemukan lelaki yang bisa menjadi pemimpin bagiku, menambah keimananku, dan dengan lembutnya mengatakan, "aku mencintaimu karena Allah." Disaat itu juga aku akan tahu bahwa bahtera cintaku sudah menemukan tempat berlabuh.
     Hingga saat itu datang, aku akan dengan sabar menanti sembari meningkatkan kualitas diriku. Karena lelaki baik-baik untuk wanita baik-baik dan wanita baik baik untuk lelaki baik baik :)

Jangan pernah menggantungkan sebuah hubungan. Halalkan atau tinggalkan. Pilihan ada di tanganmu.


Wednesday, May 15, 2013

Kenangan yang terlupakan

     Tengah malam begini, aku yang tidak bisa tidur iseng membuka-buka laci di kamarku. Sibuk mengobrak-abrik isi laci, kutemukan kembali foto-foto masa lalu. Dengan sigap ku kumpulkan kembali kenangan-kenangan yang berserakan tersebut. Lembar demi lembar kubuka. Dan tanpa kusadari senyumku mengembang tipis, raut wajahku bercampur antara geli dan sedih, seakan tidak rela akan masa-masa yang hilang, teman yang datang dan pergi, waktu yang terbuang, pertengkaran yang tak perlu.
     Otakku memaksa untuk mengingat-ingat kenangan itu dan mulai membandingkan satu demi satu wajah polos yang terpampang disana. Beberapa dari wajah itu sudah berubah drastis, sementara yang lain tidak terlalu banyak berubah. Temanku yang dulu tomboy dan polos, kini sudah berubah menjadi primadona sekolah. Yang dulunya senang berpetualang mengeksplor alam, sekarang lebih memilih menyusur jalan menggunakan sepeda motornya. Yang dulu cintanya selalu bertepuk sebelah tangan, sekarang sudah berkali-kali ganti pacar. Masih banyak lagi hal lain yang berubah dari diri masing-masing, aku akui, aku pun juga berubah, aku yang dulu anti memakai rok, sekarang mulai punya satu atau dua (meskipun dipakainya juga saat kehabisan celana, hehe).
     Beberapa dari kami sudah terpecah, membentuk kubu masing-masing. Predikat teman tetap kami sandang, hanya saja tidak seerat yang dulu. Senyum sapa masih kami lemparkan satu sama lain, tapi kami tidak lagi kemana-mana bersama. Teriakan histeris ketika bertemu masih ada, tapi tetap saja ada rasa yang berbeda.
     Kubuka lagi lembaran berikutnya. Foto ini, foto ketika kami mewawancarai kusir dokar, haha. Saat itu, kami sedang hobi-hobinya naik dokar berlima saat pulang sekolah, hanya sekedar mencari sensasi. Terkadang melambaikan tangan sambil senyum-senyum bangga ketika melewati teman-teman. Lucu, orisinil, dan unik. Hahaha.
     Foto berikutnya menunjukkan kami sedang bahu membahu melawan arus di sebuah sungai. Rumah salah satu temanku dekat sekali dengan sungai, sehingga tiap kali kami berkunjung ke sana, kami akan menyempatkan diri bermain di sungai dan berburu arus yang deras. Pernah kami dengan isengnya menyusuri sungai dari hulu hingga ke hilir. Banyak pemandangan ajaib yang kami temukan, sepasang kekasih yang sedang "mojok", mbah-mbah mandi yang seksi abis, anak-anak lelaki bermain air tanpa sehelai kain pun menutupi, dan masih banyak lagi. Namun disamping itu, pemandangan alam dan sensasi yang kami dapatkan sungguh tiada duanya :)
     Kali ini mataku tertuju pada foto lima orang remaja yang berbalut baju adat jawa. Salah satunya adalah aku yang menggunakan baju seorang pangeran. Yaps, that's me, memerankan seorang lelaki yang bertempur melawan pangeran lain untuk memenangkan hati sang putri, cliche. Dan putrinya adalah.... teman sebangkuku sendiri, nggak ono roman-romane blas! hahaha.
     Dan masih banyak foto lainnya dengan berbagai petualangan kami. Foto-foto tersebut sukses mengaduk-aduk perasaanku. Ada sesuatu yang ingin kulakukan kembali meskipun keadaan sudah berubah. Ingin rasanya pergi ke sawah saat hujan, merunduk setiap kali ada petir dan pulang dengan baju penuh lumpur. Ingin rasanya pergi ke sungai dan membiarkan diri ini hanyut terbawa arusnya. Ingin rasanya hanya berjalan mengikuti kemanapun kaki melangkah, membiarkan diri tersesat dan mencoba mencari jalan pulang. Ingin rasanya berteriak di atas bukit-bukit yang sepi, seakan tidak ada orang lain yang mendengar.
    Kenapa semakin bertambahnya umur kami, semakin hampa kegiatan yang kami lakukan. Nongkrong di rumah, internetan, nonton film, jalan-jalan pakai motor, pulang. Paling banter kami bisa pergi ke tempat-tempat yang dulu tidak mungkin kami tempuh dengan berjalan kaki, sayangnya suasananya tetap berbeda. Rasanya ada "hawa" yang ingin aku kembalikan, kemampuan kami untuk menikmati hal-hal sepele, kemampuan kami untuk bercerita lepas, tertawa dan tidak ada rasa "jaim" sedikitpun. Act like you don't have fear, act like a crazy person! Hujan-hujanan, tidur di jalanan saat hujan, main petak umpet, masuk ke gorong-gorong, main kejar-kejaran, mendapat tatapan "aneh" dari setiap orang yang melihat, dan kami tetap stay cool, hahahhaa. Aku ingin mengulang kembali kenangan itu dan mengabadikannya, tidak ada alasan yang jelas, aku hanya menginginkannya dan aku harap aku dapat mewujudkannya.